Ayahnya
adalah tokoh masyarakat yang mengabdikan dirinya utuk perjuangan islam,
karena pada saat itu masyarakat desa Banjaranyar terjerumus dalam
kesesatan, sampai memuja pohon dan makam (kuburan kuno). Bahkan tempat dimana Raden Qosim Sunan Drajat
mendirikan pesantren dijadikan tempat pemujaan dan lahan kemaksiatan
(perjudian dan prostitusi). Sejak itulah H. Marthokan menggembleng
(mendidik) Abdul Ghofur kecil untuk menajadi sosok penerus pejuang islam
dan menegakkan panji-panji islam di desa banjaranyar.
Masa
kecil K.H Abdul Ghofur dilalui dengan perjuangan. Beliau bukanlah
termasuk dari keturunan keluarga kaya, tetapi kemauan dan kerja keras
beliau untuk medalami ilmu keagaman.
Pendidikan
dasar (TK) beliau di tempuh di TK Tarbiyatut Tholabah Kranji selama 2
tahun, dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) di Kranji pada waktu pagi hari,
dan sorenya Di MI Kranji. Setelah tamat SD dan MI beliau melanjutkan
kejenjang Madrasah Tsanawiyah Dipondok Tarbiyatut Tholabah yang diasuh
oleh K.H Baqir Adlan. Setelah lulus beliau melanjutkan ke Madrasah
Aliyah Denayar Jombang.
Setelah
lulus MA beliau nyantri pondok keramat dan sidogiri pada rentan tahun
1965-1969. kemudian beliau mendalami Ilmu Alat (ilmu Nahwu Shorof) dan
kajian fiqih di Pondok Sarang Jawa Tengah yang diasuh oleh K.H. Zuber selama satu tahun. Beliau juga perna
nyantri (mondok) di Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Tretek (KH. Ma’ruf
Zuwaeni) dan Pesantren Roudlotul Qur’an (K.H Asy’ari) Kediri tahun
1970-1975. di beberapa Pesantren yang berada di Kediri inilah beliau
mempelajari Ilmu Pengobatan dan Ilmu Bela Diri.
Setelah
dari nyantri (mondok) diberbagai pesantren, beliau pulang dan mulai
mengajar di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji.
Selain menjadi pengajar ilmu agama beliau aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan dan keagamaan. Beliau juga menekuni dunia politik,
budaya, program perbaikan lingkungan baik darat dan laut, dan juga ikut
andil dalam pemberdayaan perekonomian kerakyatan terutama pada
peningkatan hidup kaum petani, buruh dan nelayan.
Cita-cita
beliau yang paling berat adalah “mendirikan kembali pondok pesantren
sunan drajat yang sudah lama terkubur”, dengan berbagai halangan,
hinaan, serta rintangan dari masyarakat beliau tetap bertekat mendirikan
Pesantren Sunan Drajat. Dengan melalui pendekatan seni putra H.
Marthokan ini mengajak masyarakat agar mau kembali menegakkan syari’at
islam. Lebih-lebih dari kalangan pemuda, beliau mendirikan Club Sepak bola, Group Musik, serta Perguruan ilmu Bela Diri yang dibeli nama GASPI (Gabungan Silat Pemuda Islam).
Disini lah belau mulai menanamkan kembali ajaran-ajaran islam pada kaum
muda, disela-sela mengajar ilmu bela diri beliau memberikan pengajian
dan pengarahan pada murid-murid nya. Setiap selesai latihan bela diri
para murid-murid beliu ajak untuk mengambil pasir dari laut untuk
membangun kembali Pondok Pesantren Sunan Drajat.
Alhamdulillah
dengan kerja keras yang istiqomah dan dibarengi dengan do’a kepada sang
Kholiq Pondok Pesantren Sunan Drajat Berdiri kembali pada tahun 1977.
Untuk menopang perekonomian Pondok Pesantren, Beliau mendirikan berbagai usaha di lingkungan pesantren. Antara lain : Juice
“Mengkudu Sunan”, Perkebunan mengkudu, Industri pupuk, Pembuatan air
Minum mineral “Aidrat”, Perternakan Sapi, pembudidayaan Ikan Lele, Usaha
Pengrajin Kayu, Pembutan Madu Asma “Tawon Bunga”, Pembuatan Minyak Kayu
Putih, Usaha bordir dan konveksi kain dan masih banyak usaha-usaha
lainnya.
Beliau juga mendirikan Radio Persada FM 97,20 MHz yang diresmikan oleh Presiden Hj. Megawati pada tahun 2002
Pada
tanggal 12 juni 2006, K.H Abdul Ghofur menjadi tamu kehormatan di
Istana negara untuk menerima “Piala Kalpataru” sebagai pembina
lingkungan terbaik, yang langsung diberi perhagaan dari Bpk. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Berkat jasa beliau melopori dalam penghutanan
lahan kritis dengan tanaman mengkudu. Dalam pidato penyambutan “Bpk.
Presiden terkesan dengan usaha K.H Abdul Ghofur yang notabennya menjadi
Kyai adalah mengurusi pondok pesantren tetapi berbeda dengan kyai yang
satu ini bisa melopori melestarikan lingkungan, buktinya di empat
kecamatan di lamongan, dihijau dengan tanaman mengkudu, yaitu di
kecamatan mantup, paciran, ngimbang dan sugio
”. Itulah kata sambutan dari bapak presiden.
”. Itulah kata sambutan dari bapak presiden.
Selain usaha melestarikan lingkungan beliau juga sebagai kepala komunikasi pondok pesantren Argobisnis se-Indonesia, sejak 2001. Belau juga mendapat penghargaan dari Harian bisnis indonesia sebagai Pengusaha UKM Terbaik dijawa timur tahun 2007 pada tanggal 30 juni 2007 dan pada tahun yang sama beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari America Institut Of Managemnt Hawai di Amerika. Yang kemudian beliau berubah nama lengkapnya menjadi. Prof. Dr. K.H Abdul Ghofur. Yang dimana gelar Prof di dapat dari penemuan dari “khasiat Buah mengkudu dan Pelestarian tanaman”.
Diselah-selh
kesibukannya beliau menyempatkan mengajar para santrinya untuk
melestarikan tradisi pesantren dan ajaran wali songo, setiap pagi hari
beliau mengajar Kitab Ihya’ulumuddin karangan Imam Ghozali dan Kitab Syamsul Ma’arif.
Yang dikhususkan untuk santri yang sudah tamat tingkatan MA/SMA.
Pengajian setiap pagi ini bisa di dengarkan langsung Di Radio Persada,
atau lewat Streeming. Sedangkan untuk pengajian santri yang bersifat
umum dilaksanakan pada setiap jum’at pagi
sumber: http://mqppsunandrajat.blogspot.com/2011/06/mengenal-sosok-kh-abdul-ghofur-pengasuh.html
.
sumber: http://mqppsunandrajat.blogspot.com/2011/06/mengenal-sosok-kh-abdul-ghofur-pengasuh.html
.
No comments:
Post a Comment