Informasi Seputar Daerah Lamongan
Headlines News :

Latest Post

Konsep Menanamkan Aqidah Kepada Anak

Written By pondok al hikmah palirangan on Wednesday, May 1, 2013 | 7:54 PM

Penanaman Konsep Ilahiah kepada Anak

Oleh: Amhar Riandini

(Mahasiswa STIQ ‘Isy Karima, Karanganyar, Jawa Tengah)
Putrapayaman - Konsep Ilahiah merupakan konsep yang paling mendasar bagi setiap agama, kemudian dari konsep Ilahiah inilah dijabarkan konsep-konsep lainnya dalam agama, seperti konsep tentang manusia, kenabian, wahyu, dan lain-lain. Oleh karena itu, mau tidak mau, setiap berbicara tentang agama, yang pertama kali perlu dipahami adalah konsep Ilahiah-nya terlebih dahulu. 
Konsep Ilahiah dalam Islam memiliki sifat yang khas tidak sama dengan konsepsi Ilahiah dalam filsafat tradisi Yunani yang disebut sebagai unmoved mover, ataupun konsepsi Ilahiah dalam Kristen dengan trinitasnya, atau agama Budha dengan Sad-Sadha, atau Hindu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atau Yahudi yang masih mempersoalkan nama Ilahiah mereka YHWH-kah atau Yahweh.
Dalam Islam, konsep Ilahiah sudah cukup jelas tertera dalam pondasi dasar Islam, yaitu rukun Iman yang enam (iman kepada Allah, iman kepada para malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qodho’ dan qadar) dan rukun Islam yang lima (syahadat, sholat, puasa, zakat, naik haji bila mampu), sebagaimana hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam  yang disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Arba’in An-Nawawiyah-nya :
عن أبي عـبد الرحمن عبد الله بن عـمر بـن الخطاب رضي الله عـنهما ، قـال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسـلم يقـول : بـني الإسـلام على خـمـس : شـهـادة أن لا إلـه إلا الله وأن محمد رسول الله ، وإقامة الصلاة ، وإيـتـاء الـزكـاة ، وحـج البيت ، وصـوم رمضان
Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhuma berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda: "Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Dr. Adian Husaini, MA, keimanan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam adalah kunci utama dari seluruh aspek keimanan Islam, tidak ada Islam jika tidak ada keimanan terhadap kenabian Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam. Karena Allah menurunkan wahyu-Nya (Al-Qur’an) kepada utusan-Nya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam.
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam itulah yang mengenalkan kepada kita umat Islam siapa Ilah kita dan bagaimana cara beribadah kepada Allah. Melalui Nabi Muhammad juga kita memahami wahyu Allah, dan beliau pula yang menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.
Umat Islam tidak dapat mengenal nama Allah, sifat-sifat-Nya, dan cara menyembah Allah dengan benar kecuali melalui utusan-Nya, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam. Maka, syahadat Islam berbunyi: ”Saya bersaksi tidak ada Ilahiah selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Tanpa beriman kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam dan wahyu yang dibawanya, mungkin umat Islam hanya akan mengakui adanya Ilah, dan mengakui bahwa Ilah itu satu, tanpa bisa mengenal siapa Ilah itu, siapa Dia, siapa nama-Nya, bagaimana sifat-sifat-Nya, dan bagaimana cara menyembah-Nya.
Konsep Ilahiah dalam Islam atau Aqidah Islamiyah adalah pondasi yang harus dimiliki oleh orang yang beragama Islam. Akan lebih baik jika konsep aqidah ini ditanamkan sejak masa kanak-kanak. Mengapa harus kanak-kanak? Menurut Dr. Amani Ar-Ramadi masa kanak-kanak adalah masa yang masih jernih pemikirinnya. Karenanya, pengarahan anak untuk mengenal agama mendapatkan porsi yang masih luas dalam hatinya, tempat tersendiri dalam pikirannya, dan sambutan oleh akalnya.
Selain itu, anak adalah amanat Allah. Allah menitipkan amanat itu kepada orang tua, pendidik, keluarga dan masyarakat untuk dididik dengan baik dan benar. Atas amanat, tersebut mereka semua akan dimintai pertanggung-jawaban dan akan dihisab atas kelalaian mereka dalam pendidikannya. Begitu pula, mereka akan mendapatkan pahala jika berbuat baik kepada anak-anak dan bertaqwa kepada Allah.[1]
Anak merupakan pondasi yang paling mendasar bagi terbentuknya sebuah bangunan umat. Apabila anak diletakkan dalam posisi yang benar, bangunannya secara utuh akan bisa lurus. Pondasi dasar yang harus ditanamkan kepada anak adalah pemahaman Aqidah, supaya anak bisa menjadi bangunan yang terbentuk lurus. Imam Ghazali telah menekankan untuk memberikan perhatian terhadap anak dan mendiktekannya sejak kecil agar ia bisa tumbuh di atas aqidah itu.
Beliau mengatakan, “Ketahuilah bahwa apa yang telah kami sebutkan dalam menjelaskan aqidah seyogyanya diberikan kepada sang anak di awal perkembangannya agar ia bisa menghafalkannya benar-benar, sehingga makna-maknanya kelak di masa dewasa terus terungkap sedikit demi sedikit”.[2]
Imam Ghazali juga menjelaskan dalam kitab Al-Ihyâ’ ‘Ulûm Ad-Dîn cara menanamkan aqidah pada anak-anak. Beliau mengatakan, ”Cara menamkan keyakinan ini bukanlah dengan mengajarkan keterampilan berdebat dan berargumentasi, akan tetapi caranya adalah menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’an dan tafsirnya, membaca hadits dan makna-maknanya serta sibuk dengan tugas ibadah.
Dengan demikian, kepercayaan dan keyakinan anak akan terus bertambah kokoh sejalan dengan semakin seringnya dalil-dalil Al-Qur’an yang didengar olehnya dan juga sesuai dengan berbagai bukti dari hadits Nabi yang ia telaah dan berbagai faedah yang bisa ia petik darinya. Ini ditambah lagi oleh cahaya-cahaya ibadah dan amalan-amalan yang dikerjakannya yang akan semakin memperkuat itu semua”.[3]
Cara memahamkan aqidah kepada anak bisa dibilang gampang-gampang susah. Aqidah Islamiyah dengan enam pokok keimanan, mempunyai keuniakan bahwa kesemuanya itu merupakan perkara yang ghaib. Anak dengan berbagai karakteristiknya yang khas, terkadang membuat banyak orang tua ataupun pendidik kebingungan bagaimana ia mesti menyampaikannya kepada anak dan bagaimana pula anak bisa dengan mudah berinteraksi dengan ini semua? Bagaimana cara menjelaskannya kepada anak-anak  agar lebih mudah dipahami?
Sebelum menjelaskan konsep aqidah islamiyah, sudah sepantasnya orang tua dan pendidik memahami terlebih dahulu tentang konsep Ilahiah itu sendiri. Dan ketika anak mulai dikenalkan dengan Ilah-nya, akan timbul berbagai macam pertanyaan dalam benaknya. Orang tua dan pendidik harus berusaha menjelaskan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak.
Selain itu, orang tua ataupun pendidik dituntut untuk kreatif dalam menjelaskan masalah aqidah ini agar lebih mudah dipahami. Misalnya cara mengenalkan Allah kepada anak-anak, ketika mereka bertanya ‘Siapa Rabb-ku?’ jelaskan kepada mereka bahwa Rabb mereka adalah Allah yang telah menciptakan, memelihara, menguasai, dan mengatur alam semesta ini. Gunakan dalil dari Al-Qur’an supaya mereka lebih yakin, kalam Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Fatihah :
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“ Segala puji bagi Allah, Ilahiah semesta alam.”
Lalu, ketika mereka bertanya ‘Dari mana engkau mengenal Rabb-mu?’ jelaskan kepada mereka bahwa mereka mengenal Rabb-nya dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Seperti adanya malam, siang, matahari, bulan, tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, berikut apa yang ada di langit dan di bumi serta apa yang ada diantara keduanya. [4]
Kemudian apabila anak-anak bertanya ‘Di mana Allah?’ jelaskan kepada mereka bahwa Allah berada di atas langit, bersemayam tinggi dan naik di atas ‘Arsy.
Sayangnya, banyak orang tua ataupun tenaga pendidik yang ketika ditanya ‘Di mana Allah?’, kebanyakan dari mereka menjawab ‘Allah ada di atas’. Jawaban yang abstrak apabila diberikan kepada anak-anak. Karena bisa jadi ketika si anak berada di dalam rumahnya kemudian mendongakkan kepalanya ke atas, berharap agar bisa melihat Allah –karena jawaban yang diberikan kepadanya Allah itu ada di atas-. Ternyata si anak hanya menemukan cicak yang sedang berburu nyamuk. Salah-salah anak tersebut mengira cicak itulah Ilahhnya. Naudzubillah.
Dan apabila mereka bertanya ‘Apa itu ‘Arsy?’,  jelaskanlah bahwa ‘Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar, yang letaknya paling tinggi, yang berada di atas langit ketujuh.[5] Sertakan dalil dari Al-Qur’an surat Thaahaa ayat 5 agar si anak bertambah yakin dan ajarkan untuk menghapalnya, yang berbunyi :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“(yaitu) Ilah yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas 'Arsy.”
Anak-anak adalah amanat Allah yang dititipkan kepada orang tua, pendidik, keluarga, dan masyarakat untuk dididik dengan baik dan benar. Atas amanat tersebut, mereka semua akan dimintai pertanggung-jawaban dan akan dihisab atas kelalaian mereka dalam pendidikannya. Begitu pula, mereka akan mendapatkan pahala jika berbuat baik kepada anak-anak dan bertaqwa kepada Allah. Oleh karena itu, penanaman konsep ke-Ilahiah-an dalam Islam sebaiknya dimulai dari sejak kanak-kanak agar pendidikan anak yang merupakan amanat dari Allah bisa dipertanggung-jawabkan dengan baik.
Wallahu ‘alam bishowab.


[1] Dr. Amani Ar-Ramadi, Pendidikan Cinta untuk Anak, (Solo:Aqwam, 2006), hlm.116
[2] Muhamad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, (Solo:Pustaka Arafah, 2004),hlm.112
[3] Loc. Cit., hlm.113
[4] Abu ‘Umar Ibrahim, Bimbingan Belajar untuk Anak-anak Islam:Buku Pelajaran Aqidah,(Hikmah Anak Sholih:2006), hlm.16
[5] Loc. Cit., hlm.15

Sumber: Voa-islam.com

Mengenal Soto Lamongan

Written By pondok al hikmah palirangan on Thursday, April 18, 2013 | 11:03 PM

Putrapayaman - Soto Lamongan makanan khas dari Jawa Timur lebih tepatnya di kabupaten lamongan yang sering Anda lihat di pelosok kampung, shopping mall besar , Pujasera, Depot , dan di dalam pasar.  biasanya orang menyajikan pada waktu siang dan malam hari. Pemasarannya dari kalangan bawah sampai menengah atas.
Soto adalah sup (warnanya kuning)
Bahannya terdiri dari: daging ayam, kaki, dan jeroan (hati dan ampela). Bumbunya adalah: kunir, jinten, ketumbar, laos, bawang merah, bawang putih, daun sereh, daun jeruk purut, kemiri, merica, kecap asin, vetsin (sodium glutamate), dan garam. Jangan lupa pula ditambahkan ikan bandeng yang direbus bersama bumbu tersebut sampai hancur (durinya disingkirkan terlebih dahulu).
Pelengkapnya antara lain adalah: sohun, telor, daun seledri, poyah (kerupuk udang dan bawang putih goreng), cabe, kemiri dan garam.
Cara menyajikannya dengan nasi putih.
Di Kecamatan Sukodadi terdapat warung Soto Lamongan yang sangat lezat "Soto Ayam Desa". Tepatnya di pertigaan Sukodadi arah "Wisata Bahari Lamongan", "Makam Sunan Giri" & "Gua Maharani".
adapun untuk cara pembuatan soto lamongan sendiri agak ribet/lumayan susah kalau bukan ahlinya orang lamongan...(kata ibuku kalau bukan orang lamongan g bisa masak soto lamongan yang enak)..hehehe

ini sekedar berbagi resep cara pembuatan soto khas lamongan yang sangat fenomenal ini..

Bahan
  • 1/2 ekor ayam
  • 1 buah jeruk nipis, ambil airnya
  • 1 1/2 liter air
  • 2 sdt garam
  • 3 lembar daun salam
  • 3 lembar daun jeruk purut
  • 1 batang serai, memarkan
  • 3 cm lengkuas, memarkan
  • 3 cm jahe, memarkan
  • 3 sdm minyak, untuk menumis
Haluskan
  • 2 siung bawang putih
  • 5 butir bawang merah
  • 1/2 sdt merica butiran
  • 1/2 sdt ketumbar, sangrai

  • 2 batang daun bawang, iris 1 cm
Pelengkap
  • 100 gram kol, iris halus
  • 100 gram tauge
  • 3 butir telur rebus, belah dua
  • 50 gram soun, rendam air hangat, tiriskan
  • 2 buah tomat, belah-belah
  • 2 batang seledri, iris halus
  • 3 siung bawang putih, iris tipis, goreng
Sambal
  • 4 buah cabai merah keriting
  • 8 buah cabai rawit merah
  • 1/4 sdt garam
  • Rebus cabai, lalu haluskan bersama garam.
Cara Membuat
  1. Cuci daging ayam, lalu lumuri dengan air jeruk nipis, diamkan selama 10 menit. Cuci kembali daging ayam sampai bersih, sisihkan. Rebus ayam bersama garam, daun salam, daun jeruk, serai, lengkuas, dan jahe sampai ayam empuk. Angkat, tiriskan, goreng sampai kecoklatan (jangan terlalu kering). Setelah dingin, suwir-suwir, sisihkan.
  2. Tumis bumbu halus sampai harum, angkat, sisihkan. Masukkan tumisan bumbu dan daun bawang ke dalam air rebusan ayam, aduk-aduk.
  3. Atur bahan pelengkap di dalam mangkuk saji. Letakkan suwiran daging ayam di atasnya, tambahkan kuah soto, air jeruk nipis, dan sambal. Sajikan dengan nasi hangat dan kerupuk udang.
dari berbagai sumber

Ketum PGRI : Saatnya UN Dihapus!

Written By pondok al hikmah palirangan on Tuesday, April 16, 2013 | 7:47 PM

JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo mengaku prihatin atas kekacauan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2013 tingkat SMA/MA/SMK, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara nasional sejak Senin kemarin.

Ragam permasalahan UN terjadi di mana-mana. Bahkan sehari sebelum hari H pelaksanaan UN, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh resmi mengumumkan penundaan UN di 11 provinsi yang berada di zona Indonesia Tengah. Artinya, ini pertama kali UN tidak dilakukan serentak sejak Indonesia merdeka.

Lalu bagaimana PB PGRI memandang sekelumit persoalan UN yang pertama kali terjadi di Indonesia ini? Berikut penuturan Ketum PB PGRI Suslistyo melihat persoalan UN, sekaligus pernyataan sikapnya di Jakarta, Selasa (16/4):

Belum selesai pro-kontra tentang Kurikulum 2013, kini dunia pendidikan di tanah air dihadapkan pada kenyataan yang memprihatinkan terkait penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) 2013.

Sejak pertama diselenggarakan tahun 2004 UN telah terjadi pro-kontra, dan setiap tahun menimbulkan masalah. Secara prinsipil UN melanggar Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Pasal 58 yang menetapkan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik  dilakukan oleh pendidik untuk mamantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Perdebatan hukum dari pro-kontra UN telah sampai pada pengadilan tertinggi yaitu adanya penolakan MA atas kasasi pemerintah (perkara Nomor 2569 K/PDT/2008) yang berarti bahwa penyelenggaraan UN bertentangan dengan perundang-undangan dan hak asasi manusia, khususnya hak anak.

Secara pedagogis UN telah melanggar asas-asas pendidikan yang mulia karena telah menyempitkan makna belajar, berdampak buruk pada perkembangan psikologi anak, dan secara sosio-politik menanamkan nilai-nilai koruptif secara dini pada generasi muda.

Tahun 2012 PB PGRI secara internal melakukan survey tentang UN pada guru, kepala sekolah, dan pengawas yang hasilnya tergambar sebagai berikut:

- Guru: 28,57% menganggap UN sebagai kebijakan yang tidak tepat, dan 42,86% sangat tidak tepat

- Kepala sekolah: Kebijakan UN tidak tepat 26,15%, dan 49.23% menganggap kebijakan UN sangat tidak tepat

- Pengawas: 27% menganggap kebijakan UN tidak tepat dan sangat tidak tepat 41,77%

Penilaian itu disebabkan karena ternyata UN tidak berhasil mengingkatkan semangat belajar, menimbulkan kecurangan, menimbulkan ketegangan murid, dan menanamkan mental koruptif pada anak.

Meski demikian banyak keberatan dan dampak buruknya, pemerintahan tetap melaksanakan UN setiap tahun. Bahkan pada 2013 nilai ujian nasional menjadi salah satu komponen yang menentukan untuk masuk perguruan tinggi tanpa melalui tes (SMNPTN).

Terkait hal itu tahun 2013 pemerintah membuat 20 variasi soal dilengkapi barcode, dan menunjuk enam percetakan yang (menurut pemerintah) terbaik dan dapat dipercaya. Namun  pada pelaksanaannya ujian nasional, Senin 15 April 2013, untuk SMA/SMK sederajat sungguh kacau.

Selain 11 provinsi belum menerima paket soal, sejumlah daerah kekurangan lembar soal dan lembar jawaban, paket mata pelajaran tertukar, hingga kualitas kertas buruk yang mudah sobek. UN terpaksa tidak serempak karena 11 provinsi di Indonesia Tengah dan beberapa daerah lainnya di bagian barat ujian diselenggarakan pada tanggal 18 April.

Pemerintah dan percetakan saling lempar tanggung jawab, dan masing-masing menganggap ini sekedar masalah teknis dan oleh karena itu menganggap selesai dengan meminta maaf. .

PGRI menganggap bahwa kekacauan ini bukan sekedar persoalan teknis, tetapi lebih daripada itu adalah masalah humanis, masalah manusia atau human error. Karut marut UN merupakan cerminan dari tidak kapabelnya managemen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam meng-handle amanah dan tugas-tugas penyelenggaraan pendidikan nasional.

Fenomena UN 2013 ini hendaknya menyadarkan kita bahwa adalah muskil mengharapkan kemajuan bangsa ini dengan mempercayakan pendidikan pada pihak-pihak yang tidak  berkompeten. Sementara itu kita tahu bahwa pendidikan adalah episentrum yang sangat menentukan perjalanan bangsa ini pada masa mendatang.

Sehubungan dengan fakta dan pemikiran di atas, serta mengkaji secara mendalam tentang penyelenggaraan UN dari masa ke masa, PGRI dengan ini menyatakan sikap:

Bahwa penting kiranya Presiden RI untuk memberikan perhatian dan mengaudit dengan sungguh-sungguh kinerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sehubungan dengan  berbagai masalah pendidikan yang akhir-akhir ini semakin menunjukkan gejala disorientasi, seperti konsep Kurikulum 2013 yang direncanakan akan dilaksanakan pada Juli 2013, dan khususnya terkait dengan pelaksanaan UN.

Pihak berwenang, seperti BPK, perlu mengaudit tentang managemen tender dalam penentuan percetakan soal-soal UN.

Ketidakserentakan UN disebabkan oleh tidak tersedianya soal tepat pada waktunya, telah membuka peluang yang lebih besar untuk terjadinya kecurangan, dan ini sangat menghawatirkan tentang akurasi dan validitas perolehan nilai siswa. Oleh sebab itu PGRI mendesak agar SMNPTN yang menjadikan nilai UN sebagai komponen  penerimaan masuk PTN dibatalkan.

Hendaknya semua pihak berpikir bahwa inilah saatnya UN dihapuskan, dan merumuskan kembali model evaluasi yang sesuai dengan perundang-undangan dan model pembelajaran yang direkomendasikan/yang dipilih.
(fat/jpnn)

Mengenal Corak Batik Sendangagung Paciran Lamongan

foto: google image
Putrapayaman - Batik Sendang merupakan jenis batik yang dikerjakan dan dibuat oleh masyarakat Desa Sendangagung dengan cara tradisional yang dilukis dengan menggunakan medium malam (lilin), canting, kain dan zat pewarna. Motif Batik Sendang dibuat dengan beragam goresan gambar dianggap sebagai sebuah seni budaya warisan leluhur yang diwariskan secara turu-temurun. Diperkirakan berawal dari generasi pada masa Dewi Tilarsih istri dari Raden Noer Rochmat (dikenal sebagai Sunan Sendang sekitar abad ke 15). Dewi Tilarsih dianggap sebagai pelopor atau tokoh pertama kali yang membawa tradisi batik dari wilayah asalnya.
Batik Sendang yang merupakan warisan para leluhur sebagian besar masih eksis dan dipertahankan oleh para perajin batik saat ini. Dahulu, mengerjakan batik hanya merupakan kegiatan utama para perempuan Desa Sendangagung yang diturunkan dari generasi ke generasi. Akan tetapi pada saat ini keberadaan Batik Sendang bukan lagi menjadi pekerjaan para perempuan semata, melainkan jugadiminati para laki-laki, sehingga bisa dikatakan tidak ada batasan jenis kelamin untuk mempelajari Batik Sendang.
Batik Sendang memiliki karakteristik khas dari jenis batik manapun. Untaian gambar Batik Sendang dikenal masyarakat Desa sendangagung memiliki detail yang rumit dan kecil, sehingga seorang perajin batik dituntut harus memiliki kesabaran, ketelatenan, keuletan, ketangkasan tangan, kesadaran dan kestabilan emosi yang tinggi.
Secara umum tehnik mengerjakan Batik Sendang masih bersifat tradisional. Canting masih tetap digunakan sebagai alat dalam melukiskan malam (lilin) di atas kain . Untaian gambar yang tampak juga masih bernuansa alam lingkungan yang syarat makna hidup dan filosofi-filosofi tertentu. Diantara ornamen lingkungan tersebut yang masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Desa Sendangagung sebagai ornamen utama adalah jenis flora dan fauna. Beragam motif gambar dengan nuansa tumbuh-tumbuhan, dedaunan, bunga, buah-buahan, dan kumbang masih menjadi ragam motif yang mendominasi.
beberapa contoh batik sendangagung:




Aneka ragam jenis Batik Sendang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu Batik Sendang Tradisional dan Batik Sendang Moderen. Batik Sendang Tradisional dianggap memiliki makna dan nilai filosofi tertentu serta signifikan memiliki dampak pemakain atau penggunaan. Sedangkan Batik Sendang Moderen merupakan ragam jenis batik yang hanya memiliki nilai guna sebagai citraan gaya hidup moderen. Kedua golongan di atas (tradisional atau moderen) dipersepsikan secara positif oleh masyarakat Desa Sendangagung yang beranggapan bahwa dengan memakai Batik Sendang identitas kedaerahan, prestise sosial, harga diri, martabat, kepribadian, kewibawaan, dan gaya hidup dapat tersiratkan. Sehingga, konsumen Batik Sendang menjadi bangga bila mengenakan Batik Sendang di depan publik.
Batik Tulis Sendangagungagung merupakan karya seni original yang bernilai tinggi. Dikerjakan oleh tenaga terampil dengan desain pilihan yang masih asli dengan unsure budaya local. Dahulu corak atau kreasi ukiran batik yang khas seperti daun-daunan, karena di desa sedang lamongan adalah daerah pegunungan yang asri banyak jenis pohon dan menjadi daya tarik seniman batik sebagai corak khas Batik Sendangagung ini. Dimana cetusan dari nama batik sendangagung berasal dari Kata Sunan Sendang. Bilau merupakan ulama/wali yang menyebarkan islam di pantura jawa dengan Raden Qosim (Sunan Drajat) khusnya lamongan.warisan budaya Batik ini masih dilestarikan di Desa Sendangagung. Dimana banyak sekali pengrajin Batik ini dengan alat pembatik tulis. Dan menjadi salah sentra industri khas kota lamongan. Dengan diresmikanya Batik Sebagai Budaya asli Indonesia, batik Sendangagung Lamongan semakin eksis untuk memproduksi karya seniman batik yang masih asli. Di Desa Desa Sendangagungagung Lamongan terdapat ratusan pengrajin batik Sendangagung. Kekuatan dan keunggulan desain tekstil tradisional teletak pada nilai simbolik atau nilai ritual. Para perancang motif dan pembatik menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan cara simbolik, termasuk kostumnya dengan desain tekstil. Simbol itu terekspresikan lewat bentuk, motif dan warna, dan ternyata memiliki nilai estetika yang tinggi. Disana ada goresan hati, sketsa jiwa dan warnawarni kehidupan. Motif dan corak batik hakekatnya dapat menjadi sebuah cermin jiwa perancang dan pemakainya. Watak artistik ini mendorong penciptaan tekstil lebih mengutamakan unsur ragam hiasan dari pada fungsi awalnya sebagai pelindung badan. Kain polos dianggap belum sempurna sebagai bahan sandang karena tidak menyampaikan pesan artistik Pada hari-hari besar, resepsi-resepsi, hari-hari istimewa orang cenderung mengubah penampilannya dengan memakai busana dengan desain tertentu. Dengan penampilan pakaian yang berbeda itu, martabat orang akan terangkat sesuai dengan nilai-nilai budaya yang sedang berkembang. Gejala sosial ini ditangkap perancang grafis batik dan bordir Sendangagung Lamongan dengan mencari kreasi dan inovasi baru baik segi pemasaran dan coraknya.  

Dikutip dari berbagai sumber

Bisnis Ayam Potong

Foto: google image
Putrapayaman - Berbicara mengenai bisnis ayam potong (ayam pedaging) ini tidak ada habisnya, hampir ditahun 2012-2013 ini di daerah lamongan sangat gencar sekali para pengusaha yang mendirikan kandang-kandang untuk ayam potong ini. mulai dari kalangan atas, menengah hingga kalangan bawah pun ada yang mencoba untuk merintis usaha ayam potong tersebut.
berdasarkan data yang saya himpun melalui observasi saya beberapa minggu yang lalu, memang untuk memulai usaha ayam potong ini modalnya bisa dibilang cukup lumayan untuk membuat kandang serta alat-alatnya. tapi untuk keuntungan pun juga cukup lumayan sekali panennya, asalkan perawatannya selalu diperhatikan. tutur salah satu pengusaha ayam potong di daerah lamongan.
bisnis ayam potong ini mulai merambah kalangan pedesaan hingga perkotaan besar. adapun saya mengumpulkan beberapa tips agar berbisnis ayam potong ini bisa lebih maksimal. diantara tips tersebut yaitu:

1. Menyiapkan Lahan
disini faktor persiapan lahan sangat penting, karena harus sangat memadai dan jauh dari pemukiman warga. ini dikarenakan agar tidak mengganggu masyarakat. 

2. Kebersihan Lingkungan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang ayam potong, jika lingkungan tidak bersih bisa membuat ayam tidak bisa tumbuh besar, oleh karena itu sangat penting menjaga kebersihan lingkungan kandang.

3. Air yang bersih dan memadai
air sangat dibutuhkan dalam hal ini harus memilih air yang bersih, karena perkembangan ayam ini sangat sensitif, dan debit air pun harus selalu mencukupi.

mungkin itu sedikit tips yang berhasil saya kumpulkan saat ini, mungkin dilain waktu akan terus saya gali untuk memberikan peluang usaha yang detail kepada para perintis usaha ayam potong. (Az/Pay)

Cara Memukul Anak Yang Meninggalkan Shalat

Written By pondok al hikmah palirangan on Monday, April 15, 2013 | 7:52 AM

Abu Daud (no. 495) dan Ahmad (6650) telah meriwayatkan dari Amr bin Syu'aib, dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata, "Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ (وصححه الألباني في "الإرواء"، رقم
247)

"Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka." (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwa'u Ghalil, no. 247)

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata dalam kitab Al-Mughni (1/357)


"Perintah dan pengajaran ini berlaku bagi anak-anak agar mereka terbiasa melakukan shalat dan tidak meninggalkannya ketika sudah baligh."


As-Subki berkata, "Wali bagi anak diwajibkan memerintahkan anaknya untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun dan memukulnya (apabila masih belum melaksanakan shalat) saat mereka berusia sepuluh tahun.Kami tidak mengingkari wajibnya perintah terhadap perkara yang tidak wajib, atau memukul terhadap perkara yang tidak wajib. Jika kita boleh memukul binatang untuk mendidik mereka, apalagi terhadap anak? Hal itu semata-mata untuk kebaikannya dan agar dia terbiasa sebelum masuk usia balig."


(Fatawa As-Subki, 1/379)


Maka anak kecil dan budak anak kecil diperintahkan untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun dan dipukul saat mereka berusia sepuluh tahun. Sebagaimana mereka juga diperintahkan untuk berpuasa Ramadan dan dimotivasi untuk melakukan segala kebaikan, seperti membaca Al-Quran, shalat sunah, haji dan umrah, memperbanyak membaca tasbih, tahlil, takbir dan tahmid serta melarang mereka dari semua bentuk kemaksiatan.


Disyaratkan dalam masalah memukul anak yang tidak shalah yaitu pukulan yang tidak melukai, tidak membuat kulit luka, atau tidak membuat tulang atau gigi menjadi patah. Pukulan di bagian punggung atau pundak dan semacamnya. Hindari memukul wajah karena diharamkan memukul wajah berdasarkan larangan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Pukulan hendaknya tidak lebih dari sepulu kali, tujuannya semata untuk pendidikan dan jangan perlihatkan pemberian hukuman kecuali jika dibutuhkan menjelaskan hal tersebut karena banyaknya penentangan anak-anak atau banyak yang melalaikan shalat, atau semacamnya.


Dari Abu Burdah Al-Anshar, dia mendenar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Seseorang tidak boleh dipukul lebih dari sepuluh kali kecuali dalam masalah hudud (hukuman tetap) dari Allah Ta'ala." (HR. Bukhari, no. 6456, Muslim, no. 3222)

Ibnu Qayim rahimahullah berkata,

"Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, 'Tidak boleh memukul lebih dari sepuluh kali kecuali dalam masalah hudud' maksudnya dalam hal jinayat (pidana kriminal seperti mencuri, dll) yang merupakan hak Allah.

Jika ada yang bertanya, "Kapan harus memukul di bawah sepuluh kali jika yang dimaksud hudud dalam hadits tersebut adalah jinayah?"

Jawabannya adalah saat seorang suami memukul isterinya atau budaknya atau anaknya atau pegawainya dengan tujuan mendidik atau semacamnya. Maka ketika itu tidak boleh memukul lebih dari sepuluh kali. Ini merupakan kesimpulan terbaik dari hadits ini." (I'lamul Muwaqqi'in, 2/23)

Selayaknya hal tersebut dilakukan tidak di depan orang lain untuk melindungi kehormatan sang anak atas dirinya dan orang lain dari teman-temannya atau selainnya.

Juga hendaknya diketahui bahwa dalam perjalanan hubungan bapak dengan anak-anaknya dan pengajarannya bahwa sang bapak memukul sang anak semata-mata bertujuan agar dia taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tujuannya semata-mata untuk kebaikannya secara sempurna dan perhatiannya dalam mendidiknya sesuai ketentuan syari agar jangan sampai timbul perasaan benci sang anak terhadap perkara syar'i yang berat dia lakukan dan karena meninggalkannya dia dipukul.


Syekh Ibn Baz rahimahullah berkata,

"Perhatikanlah keluarga dan jangan lalai dari mereka wahai hamba Allah. Hendaknya kalian bersungguh-sungguh untuk kebaikan mereka. Perintahkan putera puteri kalian untuk melakukan shalat saat berusia tujuh tahun, pukullah mereka saat berusia sepuluh tahun dengan pukulan yang ringan yang dapat mendorong mereka untuk taat kepada Allah dan membiasakan mereka menunaikan shalat pada waktunya agar mereka istiqomah di jalan Allah dan mengenal yang haq sebagaimana hal itu dijelaskan dari riwayat shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam."


(Majmu Fatawa Bin Baz, 6/46)


Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,

"Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah memerintahkan agar kita memerintahkan anak-anak kita melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, atau kita memukul mereka saat mereka berusia sepuluh tahun. Padahal ketika itu mereka belum berusia balig. Tujuannya adalah akar mereka terbiasa melakukan ketaatan dan akrab dengannya. Sehingga terasa mudah dilakukan apabila mereka telah besar dan mereka mencintainya. Begitupula dengan perkara-perkara yang tidak terpuji, tidak selayaknya mereka dibiasakan sejak kecil meskipun mereka belum balig, agar mereka tidak terbiasa dan akrab ketika sudah besar."

(Fatawa Nurun ala Darb, 11/386)

Beliau juga berkata,

"Perintah ini bermakna wajib. Akan tetapi dibatasi apabila pemukulan itu mendatangkan manfaat. Karena kadang-kadang, anak kecil dipukul tapi tidak bermanfaat pukulan tersebut. Hanya sekedar jeritan dan tangis yang tidak bermanfaat. Kemudian, yang dimaksud pukulan adalah pukulan yang tidak melukai. Pukulan yang mendatangkan perbaikan bukan mencelakakan."


(Liqo Al-Bab Al-Maftuh, 95/18)

Beliau juga berkata,
"Tidak boleh dipukul dengan pukulan melukai, juga tidak boleh memukul wajah atau di bagian yang dapat mematikan. Hendaknya dipukul di bagian punggung atau pundak atau semacamnya yang tidak membahayakannya. Memukul wajah mengandung bahaya, karena wajah merupakan bagian teratas dari tubuh manusia dan paling mulia. Jika dipukul bagian wajah, maka sang anak merasa terhinakan melebihi jika dipukul di bagian punggung. Karena itu, memukul wajah dilarang."

Fatawa Nurun ala Darb (13/2)

Syekh Fauzan berkata,


"Pukulan merupakan salah satu sarana pendidikan. Sorang guru boleh memukul, seorang pendidik boleh memukul, orang tua juga boleh memukul sebagai bentuk pengajaran dan peringatan. Seorang suami juga boleh memukul isterinya apabila dia membangkang. Akan tetapi hendaknya memiliki batasan. Misalnya tidak boleh memukul yang melukai yang dapat membuat kulit lecet atau mematahkan tulang. Cukup pukulan seperlunya." Selesai dengan diringkas.


(Ighatsatul Mustafid Bi Syarh Kitab Tauhid, 282-284)

Penting juga diperhatikan bahwa pembinaan terhadap anak, bukan hanya karena dia meninggalkan shalat saja, tapi juga jika sikapnya meremehkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya dan wajibnya. Kadang sang anak shalat, tapi shalatnya dia jamak, atau dia shalat tanpa wudhu, atau tidak benar shalatnya. Maka ketika itu hendaknya diajarkan semua perkara shalat dan memastikan bahwa dia menunaikan kewajiban, syarat dan rukunnya. Jika mereka lalai dalam sebagiannya, maka kita kuatkan lagi nasehatnya, diajarkan terus menerus. Jika masih juga lalai, boleh diperingatkan dengan pukulan hingga shalatnya benar.


Wallahuta'ala a'lam.
Dikutip dari berbagai sumber...

Mulai Mengajarkan Anak dengan Agama



Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah menjawab, “Pengajaran terhadap anak sudah harus dimulai ketika mereka telah mencapai usia tamyiz1. Tentunya dimulai dengan tarbiyah diniyah (pendidikan agama), berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya. ”2
Bila anak telah mencapai usia tamyiz, orangtuanya diperintah untuk mengajarinya dan mentarbiyahnya di atas kebaikan, dengan mengajarinya Al-Qur`an dan hadits-hadits yang mudah. Mengajarinya hukum-hukum syariat yang cocok dengan usia si anak, misalnya bagaimana cara berwudhu dan bagaimana cara shalat. Si anak juga diajari dzikir-dzikir ketika mau tidur, bangun tidur, ketika hendak makan, minum, dan sebagainya. Selain itu, anak dilarang melakukan perkara-perkara yang tidak pantas serta diterangkan kepadanya bahwa perkara tersebut tidak boleh ia lakukan, seperti berdusta, namimah, dan selainnya. Hingga si anak terdidik di atas kebaikan dan terdidik untuk meninggalkan kejelekan sejak kecilnya.
Kenapa pengajaran ini dilakukan pada usia tamyiz? Karena pada usia ini, si anak bisa menalar apa yang diperintahkan kepadanya dan apa yang dilarang. Urusan pengajaran anak ini sangatlah penting. Namun sayangnya sebagian manusia lalai melakukannya terhadap anak-anak mereka.
Mayoritas orang tidak mementingkan perkara anak-anak mereka. Tidak mengarahkannya dengan arahan yang baik, bahkan membiarkan mereka tersia-siakan dari sisi tarbiyah diniyyah. Sehingga si anak tidak diperintah mengerjakan shalat dan tidak dibimbing kepada kebaikan, bahkan dibiarkan tumbuh di atas kebodohan dalam perkara agamanya serta terbiasa melakukan perbuatan yang tidak baik. Anak-anak dibiarkan bercampur-baur dan bergaul dengan orang-orang yang jelek, berkeliaran di jalan-jalan, menyia-nyiakan pelajaran mereka (enggan untuk belajar) serta kemudaratan lainnya, yang mana kebanyakan para pemuda muslimin tumbuh di atasnya disebabkan sikap masa bodoh orangtua mereka. Padahal para orangtua ini akan ditanya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak, karena merekalah yang bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Apa yang diperintahkan dalam hadits di atas adalah pembebanan kepada para orangtua yang harus mereka tunaikan. Dengan begitu, orangtua yang tidak menyuruh anak-anak mereka mengerjakan shalat pada umur yang telah disebutkan berarti ia telah bermaksiat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 3 Ia telah melakukan keharaman dan meninggalkan kewajibannya yang ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadapnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيًّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. ”4
Sangat disesalkan, sebagian orangtua sibuk dengan perkara dunianya hingga mengabaikan anak-anaknya. Tidak pula mereka menyempatkan waktunya untuk anak-anaknya. Seluruh waktunya tersita untuk perkara-perkara dunia. Kejelekan yang besar ini banyak dijumpai di negeri muslimin, yang menjadi sebab buruknya tarbiyah anak-anak mereka. Jadilah anak-anak tersebut tidak baik agama dan dunianya. La haula wala quwwata illa billahil ‘azhim. (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Agung. ” (Fatawa Nurun ‘Alad Darb, Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan, hal. 115-116) 1 Belum baligh, namun sudah bisa menalar dan memahami ucapan serta dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. (–pent)
2 HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Irwa`ul Ghalil, no. 247.
3 Tidak patuh dan taat kepada perintah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan dalam firman-Nya:
وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang didatangkan oleh Rasul kepada kalian maka ambillah dan apa yang beliau larang maka berhenti (tinggalkan)lah. ” (Al-Hasyr: 7)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda:
ماَ نَهَيْتُُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Apa yang aku larang kalian darinya, tinggalkanlah. Dan apa yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah semampu kalian. ” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) –pent.
4 HR. Al-Bukhari dan Muslim

Update Berita

More post »

Pendidikan

More post »

Wisata & Kuliner

More post »

Ekonomi Bisnis

More post »

Teknologi

More post »

Profil Tokoh

More post »

Wawasan Islam

More post »
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Informasi Seputar Daerah Lamongan - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger